ShareThis

Selasa, 22 Desember 2009

REDUPLIKASI DALAM DIALEK JAKARTE

1 komentar

A. Reduplikasi Dalam Dialek Jakarta

Reduplikasi dalam dialek Jakarta dapat digolongkan menjadi dua: (1) reduplikasi morfem akar dan (2) reduplikasai morfem akar dan proses afiksasi yang bekerja bersama sebagai satu proses morfemis. Reduplikasi dalam golongan pertama memiliki tiga buah bentuk yaitu: reduplikasi utuh, reduplikasi utuh dengan perubahan fonem dan reduplikasi parsial yakni reduplikasi suku awal. Sedangkan reduplikasi yang kedua kelompok reduplikasi yang dikategorikan kedalam urutan derivasinya.

B. Urutan Derivasi {R} + Afiksasi

Proses morfemis yang terjadi dari reduplikasi semata-mata berdasarkan kaidah morfofonemis yang berlaku bagi semua bentuk reduplikasi dan afiksasi, tanpa memperhitungkan adanya tipologi berdasarkan urutan derivasinnya. Dari segi urutan derivasinya, proses reduplikasinya + afiksasi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu: reduplikasi yang terjadi pada morfem akar yang lebih dahulu telah memperoleh afiksasi. Kedua, reduplikasi dan afiksasi secara simultan dikenakan kepada morfem akar. Seperti pada contoh dibawah ini




Proses pertam yang berupa reduplikasi bentuk dasar yang telah berafiks secara tidak langsung dibentuk dari kata makan. Tetapi akar makan lebih dulu mengalami derivasi denagn sufiks {-an} menjadi kata benda makanan yang menurut kaidah morfofonemisnya hanya diulang morfem akarnya saja.

C. Penggolongan Arti Reduplikasi

Arti reduplikasi secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok: (1) reduplikasi yang membentuk secara leksikal, dan (2) reduplikasi sebagia proses morfemis yang mengubah kelas kata atau kategori bentuk dasar menjadi kelas atau kategori yang lain.

1 redupikasi pembentuk arti leksikal

Dalam reduplikasi ini semata-mata menghasilkan arti leksikal, tanpa mengakibatkan perubahan distribusi sintaksis bentuk dasarnya. Sebagai contoh pada kata marє ’marah’ yang menjadi marє- marє ’sangat marah, seringkali marah’. Arti leksikal kedua bentuk diatas memang berbeda, tetapi distribusi kedua bentuk morfemis itu sama. Reduplikasi dengan arti leksikal merupakan golongan merupakan golongan terbesar proses morfemis ini. Oleh sebab itu, warna arti yang tergolong kedalam arti ini banyak beraneka. Untuk arti leksikal baru yang dihasilkan oleh proses reduplikasi pada contoh diatas mempunyai hubungan semantis dengan bentuk dasarnya. Dalam beberapa contoh lainnya, perubahan arti leksikal demikian jauh dari arti leksikal bentuk dasarnya, sehingga sulit dicari hubungan antara arti bentuk dasar dan arti proses reduplikasinya. Contoh, bentuk dasar kuda ’kuda’, setelah memperoleh reduplikasi menjadi kuda-kuda berarti sejenis sikap dalam permainan silat. Contoh semacam ini identitas leksikal bentuk dasarnya telah telah ditinggalkan; dan reduplikasi menghasilkan kata-kata yang sama sekali baru.

2 Pengubah kategori bentuk dasar

Golongan arti reduplikasi adalah reduplikasi yang menghasilkan kelas kata baru yang berlainan dengan kelas atau kategori bentuk dasarnya. Bentuk dasar berkategori ajektival baє? ’baik’ oleh proses reduplikasi baє?-baє? ’dengan baik’ berubah kelas menjadi kata keterangan atau adverbial. Dan oleh perubahan kategori itu, maka antara bentuk dasar dan bentuk reduplikasinya tidak lagi berdistribusi pararel. Berubahnya kategori selalu berarti pindahnya identitas leksikal. Perubahan arti leksikal pada contoh diatas masih mempunyai hubungan yang semantis. Contoh berikut memperlihatkan pindahnya arti leksikal, disamping pindahnya kategori sedemikina jauh sehingga hubungan semantisnya dengan bentuk yang tidak mengalami reduplikasi. Kata sifat ramє ’ramai’ sebagai adverbial dalam bentuk ramє- ramє menyatakan arti bersama-sama.

3 Bentuk reduplikasi lain

Selain kedua golongan diatas, dalam dialek Jakarta masih cukup banyak contoh bentuk-bentuk reduplikasi yang tidak jelas kategori dan arti bentuk dasarnya. Reduplikasi seperti guna-guna ’guna-guna’, pura-pura ’pura pura’, bale-bale yang berarti ’tempat duduk’, gara-gara ’sebab dalam arti jelek’ tidak jelas arti maupun kategori bentuk dasarnya. Dalam penjelasan buku karangan Muhajir, maka untuk kelas yang tidak jelas kategorinya digolongkan kedalam proses morfemis yang mengambil bentuk dasar prakategorial yang memindahkan bentu dasar ke dalam kategori tertentu.

D. Reduplikasi + Afiks

Ada beberapa reduplikasi yang diikuti oleh afiksasi dalam dialek Jakarta, yaitu: reduplikasi ({R} + {bə(r)-} + Morfem akar sebagai contoh bəlari-lari ’berlari-lari’, bəlagaי-lagaי ‘bersikap sombong’. {R} + {bə (r)-[ ]-an}+ morfem akar, dalam hal ini sebagai contohnya bəpacar-pacaran ’bercumbu-cumbuan', bədəkət-dəkətan. {R} + {mə (N)-} + Morfem akar, dalam dialek ini untuk sebagian besarnya merupakan alternan prefik {N-} dan sebagian lainnya merupakan prefik yang tidak beralternasi dengan prefik tersebut. Dalam proses morfemis {mə(N)-} + Reduplikasi, prefik {Mə(N)-} tidak dapat diganti dengan (N-). Proses morfemis reduplikasi + {mə(N)-} terjadi dengan mengulang bentuk dasar dan mengimbuhkan prefik {mə(N) pada konstituen kedua. Bentuk-bentuk dasar bantu, tarik, dan tulunŋ. Misalnya menjadi bantu-məmbantu, ’saling membantu’, tarik-mənarik ’saling menarik’ dan tuluŋ-mənuluŋ ’saling menolong’. Ada reduplikasi dengan bentuk arti dasar yang menyatakan sesuatu perbuatan yang dilakukan dengan tiba-tiba tau tidak sengaja terus menerus tau berulang kali. Bentuk təjato-jato berarti ’terjatuh berulang kali’, tərtidur-tidur ’tertidur-tidur’, tərgilє-gilє ’terus menerus tergila-gila’. Bentuk {R} + {tə(r)-} membentuk distribusi kelas pararel dengan kelas adverbial: təgəsa-gəsa ’tergesa-gesa’, təloŋoŋ-loŋoŋ ‘terheran-heran’. Untuk reduplikasi {sə} dapat digolongkan menjadi dua yaitu: kelompok yang dibentuk secara beruntun dan kelompok yang dibentuk secara simultan. Bentuk-bentuk seperti səgəde-gəde (jaguŋ) ’besar-besar seperti jagung’ atau səmau-mau (lu) ’semata-mata menurut kemauanmu’, masing-masing dibentuk dari bentuk dasar səgəde (jaguŋ) dan səmau (lu). Tetapi bentuk səola-ola ’seolah-olah’ atau ’səakan-akan ’seakan-akan’ dibentuk langsung dari morfem ola dan akan. Hal ini terbukti karena dalam dialek ini tidak pernah ada bentuk səakan, maupun səola.

Followers

 

sUBanDoWo Dot BlOgsPot dOt coM. Copyright 2011 All Rights Reserved