Sintaksis II - Kalimat Tunggal
Kalimat Tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru.
Batasan ini menegaskan sekali lagi kepada kita bahwa semua kalimat inti termasuk dalam pengertian Kalimat Tunggal, sedangkan sebagian dari Kalimat Luas juga termasuk Kalimat Tunggal.
Contoh:
• Adik menangis : adalah kalimat mayor, kalimat tunggal, dan kalimat inti, bukan kalimat luas.
• Menangis adik : adalah kalimat mayor, kalimat tunggal, tetapi bukan kalimat inti, dan bukan kalimat luas.
• Kemarin saya belajar saja di rumah : kalimat mayor, kalimat tunggal, bukan kalimat inti, tetapi kalimat luas.
Sebaliknya kalimat-kalimat tunggal yang diperluas sekian macam hingga unsur-unsur baru itu membentuk satu atau lebih pola kalimat lagi, maka kalimat itu desibut Kalimat Majemuk. Jadi dalam kalimat majemuk akan kita junpai minimal dua pola kalimat dan tiap-tiap pola boleh diperluas lagi dengan satu atau lebih unsur–unsur tambahan.
Kesimpulannya, tunggal dan majemuknya suatu kalimat, haruslah dilihat dari banyaknya pola kalimat yang ada pada sebuah kalimat. Jika hanya ada satu pola kalimat maka itu adalah kalimat tunggal; jika kalimat itu memiliki dua pola kalimat atau lebih, kalimat itu disebut kalimat majemuk.
1. Macam-Macam Kalimat Tunggal
Berdasarkan macamnya kalimat tunggal dapat digolongkan atas:
A. Kalimat Berita
B. Kalimat Tanya
C. Kalimat Perintah
2. Uraian Kalimat Tunggal
Uraian kalimat tidak lain daripada usaha menentukan atau memperinci fungsi-fungsi yang didukung oleh kata atau kelompok kata yang membentuk sebuah kalimat. Untuk itu, di sini akan dibahas mengenai kelompok kata yang disebut gatra (saat ini istilah gatra tidak dipergunakan lagi). Untuk lengkapnya, lihat Hakekat Gatra.
A. Macam-Macam Gatra
Perincian dari pada berjenis-jenis gatra itu dapat diurutkan sebagai berikut:
1. Gatra-gatra Inti
Adalah gatra pangkal, gatra diterangkan, gatra digolongkan (ketiganya saat ini disebut Subjek), gatra perbuatan, gatra menerangkan, gatra menggolongkan (saat ini disebut Predikat)
2. Gatra-gatra Tambahan
Gatra-gatra tambahan ini sifatnya bermacam-macam tergantung dari kata yang dijelaskannya, ada yang menerangkan kata kerja dalam suatu fungsi tertentu, ada yang menerangkan kata benda, ada yang menerangkan kata sifat dalam fungsi-fungsi tertentu, dalam hal ini biasa disebut Keterangan.
A. Keterangan yang Menerangkan Kata Kerja
B. Keterangan yang Menerangkan Kata Benda
C. Keterangan yang Menerangkan Kata Sifat
Source: tata-bahasa.110mb.com